Tuesday, April 26, 2005

la niña story

tercenung, menghisap lights menthol dalam-dalam... warna-warni lampu kota terlihat seperti lampu di pohon natal, kerlap-kerlip.
bibirnya terbuka, lalu dia mulai bercerita...

I’ve always been wishing hard for those who are not that brave in taking risk...
she sighed… her eyes wandered...

gak cuma sekali dit… tapi berkali-kali.

saat gw udah berusaha, gw rela ngambil resiko yang “ter” sekalipun… tetep aja, mereka berenti di tengah jalan.
they gave up on me!

akhirnya gw mikir… bukan mereka yang terlalu mudah menyerah, tapi mereka menyerah karena GW GAK WORTH ENUFF UNTUK MEREKA.
karena ternyata mereka bisa bersama dengan yang lain… yang menurut mereka bisa lebih patut mereka pertahankan apapun resikonya.

lo liat gw, gw biasa-biasa aja… gak tinggi semampai, gw pake kacamata gak gaya, bibir gw gak merah, pipi gw gak mulus… gw ga tajir, …


matanya mulai berair, dalam satu kejapan mata, air matanya mengalir…

tapi itu udah gw terima dengan hati yang harus gw besar-besarin. it’s over… cuma, yang bikin gw ngenes, yang baru-baru ini terjadi, dit…

tangannya menghapus aliran air mata dan mencari sebatang baru lights menthol.

kemarenan, gw ketemu dengan seseorang. dia lebih istimewa dari yang dulu-dulu karena dia mampu ngebuat gw yakin bahwa gw bisa dicintai dan gw memang merasa dicintai sama dia.
anehnya, ada penolakan dari hati gw. hati gw masih ketakutan. hati gw belum bisa menerima kalau akhirnya harus sakit lagi.
akhirnya antara otak dan hati gw berkolaborasi dan membuat satu sistem pertahanan dengan cara menguji habis-habisan orang ini.
semakin orang ini berhasil melewati ujian demi ujian, the next test would be more difficult and harder… and so it’s gonna be… the test would kill the guy!

dan bener aja, diapun akhirnya menyerah…

temanku menghisap lagi lights mentholnya, membiarkan linangan air mata yang terus menerus… aku membiarkan saja dirinya hanyut dan menikmati kesakitannya.

padahal dit, kalo gw bisa meyakinkan hati gw untuk dia, menenangkan hati gw untuk berani mengambil resiko kemungkinan sakit lagi, saat ini, bisa jadi, gw dan dia sedang bahagia…


binar lampu kota semakin indah dengan pandangan mata nanarku yang juga mulai ikutan berair… aku teringat “dia”…
was it me or him that “not fight enuff” for us? or was it just the both of us???

0 Comments:

Post a Comment

<< Home