Wednesday, May 18, 2005

...masuk angin...

sejak tolak angin hilang dari pasaran, aku sempat rela untuk merasakan tersiksanya masuk angin. bersendawa tiada henti, lalu terhantam rasa perih di lambung dan panas di lubang anus karena diare berkepanjangan.

tapi akhirnya aku menyerah.
aku menerima tawaran antangin.
aku mulai bosan dengan masuk angin.
aku tidak tahan sakit terus.

aku matikan indera pengecap di lidahku.
aku pejamkan mata dan telingaku berusaha memutar ulang nada-nada indah yang mengingatkan pada tolak angin.
aku teguk sekaligus.
aku matikan rasa beberapa panca indera.

ternyata mereka hanya pura-pura mati.
dahiku mengernyit, indera pengecapku mengirim sinyal ke otak dan membuat mulutku membentuk wujud buruk rupa, aku merasa isi perutku meronta ingin keluar ingin muntah.

aku paksa hatiku berkata, "tahan... tahan... jangan sampai kalah pada rasa yang tidak biasa kamu rasakan. ingat saja gunanya. kamu tidak akan tersiksa karena sendawa, rasa perih di lambung dan diare berkepanjangan."

akhirnya mereka semua berkompromi.

aku menghela nafas panjang. aku harus terbiasa tanpa adanya tolak angin yang mampu mengusir angin tak penting dengan rasa enak itu. aku harus membiarkan antangin menggantikan peran tolak angin walaupun rasanya tak begitu sedap dan kadang membuatku ingin muntah.

ps.
kepada tolak angin dan antangin, maaf ya pinjem nama.
kepada produsen dan pengguna, ini hanya perumpamaan aja, kebetulan saya sering masuk angin.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home